Wednesday, September 28, 2016

Analisis Usaha Pabrik Garmen Berdasarkan Teori Utilitarianisme



1.    Pendahuluan 
1.1 Latar Belakang
     Di zaman yang sekarang ini manusia harus pintar-pintarnya membuat peluang bisnis atau usaha, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pengertian Bisnis menurut L.R.Dicksee yaitu suatu bentuk dari aktivitas yang utamanya bertujuan dalam memperoleh keuntungan bagi yang mengusahakan atau yang berkepentingan di dalam terjadinya aktivitas tersebut.
     Garmen yang di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti pakaian jadi. Bisnis Garmen di Indonesia mempunyai prospek yang bagus. Garmen atau yang sering disebut dengan konveksi merupakan salah satu jenis bisnis yang memang berhubungan dengan produk industri konveksi, yaitu pakaian. Bisnis Garmen atau konveksi ini memang termasuk dalam salah satu peluang usaha yang cukup popular di Indonesia. Dengan mengambil sisi penting dari pakaian yang merupakan kebutuhan dasar manusia, maka bisnis konveksi atau Garmen akan tetap ada. Selain itu, pangsa pasar yang luas dan akan terus konsumtif menjadi daya tarik bagi para pebisnis dalam memulai usaha Garmen.

2.    Teori
2.1 Teori Utilitarianisme
    Teori utilitarianisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan manfaat dan biaya yang dibebankan pada masyarakat. Dalam situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang “benar” adalah yang memberikan manfaat paling besar atau biaya paling kecil (bila semua alternatif hanya membebankan biaya bersih). Sebuah prinsip moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap benar apabila mampu menekan biaya sosial (social cost) dan memberikan manfaat sosial (social benefit).
Prinsip ini mengandung tiga kriteria yaitu:
  1. Kita harus menentukan tindakan-tindakan atau kebijakan alternatif apa saja yang dapat kita lakukan dalam situasi tersebut. Dalam hal ini, kriteria yang dapat dijadikan dasar objektif untuk menilai suatu perilaku atau tindakan adalah manfaat atau utlitas (utility), yaitu apakah tindakan atau perilaku benar jika menghasilkan manfaat, sedangkan perilaku atau tindakan salah mendatangkan kerugian.
  2. Untuk setiap tindakan alternatif, kita perlu menentukan manfaat dan biaya langsung dan tidak langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut bagi semua orang yang dipengaruhi oleh tindakan itu di masa yang akan datang. Kriteria kedua adalah manfaat yang terbanyak. Untuk penilaian kebijakan atau tindakan itu sendiri, maka suatu kebiakan atau tindakan benar atau baik secara moral bila kebijakan atau tindakan tersebut memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya.
  3. Alternatif yang memberikan jumlah utilitas paling besar wajib dipilih sebagai tindakan yang secara etis tepat. Kriteria ini mengandung pengertian tentang untuk siapa manfaat terbanayak tersebut. Suatu tindakan atau kebijakan baik atau benar secara moral jika memberikan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

    Dengan demikian, kriteria objektif dalam etika utilitarianisme adalah “manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang” atau “kebaikan terbesar bagi sebagian besar masyarakat” (“the greatest good for the greatest number”). Dengan kata lain, suatu kebijakan atau tindakan yang baik dari segi etis adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang,  atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin bagi sesedikit mungkin orang. Utilitarianisme merupakan suatu doktrin moral, yang berpendapat bahwa kita seharusnya bertindak untuk menghasilkan sebanyak mungkin manfaat (kebahagiaan atau kenikmatan) bagi tiap-tiap orang yang terpengaruh oleh tindakan kita.

2.2 Jenis Utilitarianisme
      Teori utilitarianisme dibedakan menjadi dua, yakni:
1.       Utilitarianisme tidakan
Utilitarianisme tidakan yaitu sebuah tindakan dianggap baik jika tindakan itu membawa kesan yang menguntungkan.
2.       Utilitarianisme peraturan
Utilitarianisme peraturan yaitu sesuatu dipandang baik kalau tindakan itu berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.

     2.3 Keunggulan Utilitarianisme
      Utilitarianisme  dalam banyak hal merupakan sebuah teori yang menarik, dengan alasan sebagai berikut:
  1. Sejalan dengan pandangan-pandangan yang cenderung diusulkan saat membahas kebijakan pemerintah dan barang-barang komoditas publik. Jadi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tepat adalah kebijakan yang memiliki utilitas terbesar bagi masyarakat—atau seperti dalam slogan terkenal dunia, kebijakan yang mampu menghasilkan “kebaikan terbesar bagi sebagian besar masyarakat.
  2.  Sejalan dengan kriteria intuitif yang digunakan oleh orang-orang dalam membahas perilaku atau tindakan moral (moral conduct). Sebagai contoh, seseorang memiliki kewajiban moral untuk melakukan tindakan tertentu, mengacu kepada manfaat atau kerugian yang diakibatkan tindakan tersebut pada umat manusia. Di samping itu, moralitas mewajibkan sseorang untuk mempertimbangkan kepentingan-kepentingan orang lain dan memiliki utilitas terbesar, siapa pun yang memperoleh manfaat-manfaat tersebut.
  3.  Dapat menjelaskan mengapa kita menganggap jenis-jenis aktivitas tertentu secara moral dianggap bersalah (berbohong, perselingkuhan, pembunuhan), sementara yang lain dianggap benar (menyampaikan kebenaran, bersikap jujur, menepati janji).  Namun demikian, kaum utilitarian tradisional menyangkal bahwa semua tindakan dapat dianggap sebagai tindakan yang benar atau salah. Mereka menolak, misalnya, bahwa ketidakjujuran atau pencurian pasti merupakantindakan yang salah. Jika dalam situasi tertentu, lebih banyak akibat yang menguntungkan yang bisa diperoleh dengan melakukan tindakan yang tidak jujur dibandingkan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan lainnya yang bisa dilakukan dalam situasi itu, maka, menurut teori utilitarian tradisional, tindakan tidak jujur tersebut secara moral adalah benar, hanya dalam situasi tersebut.
  4.  Sangat berpengaruh dalam bidang ekonomi dan  juga menjadi dasar teknik analisis biaya-manfaat ekonomi.
  5.  Sangat sesuai dengan nilai yang diutamakan oleh banyak orang : efisiensi. Suatu tindakan yang efisien adalah tindakan yang mampu memberikan output sesuai yang diinginkan dengan input sumberdaya paling rendah.  Jika kita mengganti “manfaat” dengan “output yang diinginkan” dan “biaya” dengan “input sumber daya”, maka utilitarianisme mengimplikasikan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang paling efisien.

     2.4 Kelemahan Utilitarianisme
      Satu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan-hambatan yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas, yaitu:
  1. Bagaimana nilai utilitas (manfaat) dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang-orang yang berbeda dapat diukur dan dibandingkan seperti yang dinyatakan dalam utilitarianisme.
  2.  Biaya dan keuntungan tertentu tampak sangat sulit dinilai.
  3.  Asumsi utilitarian menyatakan bahwa semua barang adalah dapat diukur atau dinilai mengimplikasikan bahwa semua baang dapat diperdagangkan.
  4.  Karena banyak keuntungan dan biaya dari suatu tindakan tidak dapat diprediksi dengan baik, maka penilaiannya pun juga tidak dapat dilakukan dengan baik.  
3.    Analisis
     Pabrik garmen yang ada dilingkungan saya ini menghasilkan banyak manfaat. Contoh manfaatnya yaitu pertama mengurangi pengangguran yang ada atau terciptanya lapangan pekerjaan, terlebih lagi untuk melamar pekerjaan di pabrik garmen ini tidak terlalu dituntut memiliki pendidikan yang tinggi. kedua, dapat membuat sekitar pabrik ini membuka peluang usaha baru, seperti mambuka warung makan atau warteg yang menyediakan makanan untuk para karyawan yang bekerja dipabrik tersebut.  Peluang usaha yang lain seperti kos-kosan atau kontarakan yang diperuntukan untuk karyawan dari pabrik tersebut, agar menempuh jarak yang lebih dekat dengan tempat pekerjaannya. Ketiga, karena pabrik ini menghasilkan pendapatan dari hasil jual produk mereka. Maka pabrik ini telah membantu menambah produk domestik bruto, sehingga pabrik ini secara tidak langsung berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi.

    Pabrik ini selain mendatangkan manfaat, juga menimbulkan kerugian. Contoh kerugian pertama yaitu menimbulkan kemacetan atau padatnya jalan ketika jam masuk atau jam pulang dari pabrik tersebut, karena pabrik ini terletak di pinggir jalan jadi setiap karyawan yang menggunakan angkutan umum (angkot) harus berhenti di depan pabrik dan otomatis membuat banyaknya antrian angkot yang menghambat jalan, maka terkadang kemacetan pun tak terelakan. Kedua, pabrik ini mengakibatkan polusi udara karena mengeluarkan uap yang terlihat abu-abu hingga ke hitam pekat dari aktivitas produksi pabrik ini.

Jadi, sesuai teori utilitarianisme maka usaha pabrik garmen ini memberikan banyak manfaat untuk orang banyak (“the greatest good for the greatest number”), karena meningkatkan stasus sosial orang banyak dari pengangguran jadi memiliki pekerjaan, perekonomian sekitar, dan menambah produk domestik bruto sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Walau terdapat beberapa kerugian yang ditimbulkan, namun pabrik garmen ini juga mendatangkan banyak keuntungan.